Friday, August 29, 2008

Sambut Ramadhan

Puasa adalah momentum yang sangat tepat bagi umat muslim untuk
melakukan pendakian spritual mendekatkan diri kepada Allah Sang
Pencipta. Mari kita sambut kedatangan bulan ibadah ini dengan
kebersihan hati.

Untuk itu dengan kerendahan dan ketulusan hati saya dan keluarga
memohon maaf lahir dan batin kalau ada hal yang kurang berkenan dan
kesalahan dalam berinteraksi selama ini.

Selamat menyambut ramadhan dan semoga kita bisa menggunakan bulan
ibadah yang sebentar lagi datang sebagi moment transformasi diri
meraih kemenangan.

TAQABALLAHU MINNA WA MINKUM
MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN

 
Ferry Anantya Putra
 
 
 
[posted for blogger.com]

Read more ...

Wednesday, August 20, 2008

Menuju Titik Nol

Menuju Titik Nol

"Jagalah hati, jangan kau nodai, jagalah hati lentera hidup ini. "
-- KH. Abdullah Gymnastiar, pendakwah dan penyanyi

BERITA ini sungguh mengejutkan. Seorang teman mengabarkan ayahnya
terserang stroke. Mengejutkan, karena dia seorang dokter, yang
tentunya paham dengan kesehatan. Pengalaman dan pengetahuan, dia
ngelotok betul soal `do and don't' dalam segala hal yang terkait
soal kesehatan. Lain dari itu, dia memiliki gaya hidup yang
sederhana. Namun, apa mau dikata, Pak Dokter ini terserang stroke.

Stroke adalah tersumbatnya aliran darah secara akut alias mendadak,
biasanya disebabkan gumpalan darah. Stroke merupakan penyebab
kematian nomor tiga, setelah penyakit jantung dan kanker, namun
merupakan penyebab kecacatan nomor satu. Awalnya memang penderitanya
kebanyakan kaum tua.

Namun belakangan ini, kita sering mendengar penderitanya pun datang
dari kalangan muda. Intinya sih, mau tua atau masih muda, kalau
sudah terjadi penyumbatan gumpalan darah yang menyebabkan pembuluh
sobek atau terjadinya infeksi vaskuler, ya sok atuhlah, stroke pun
datang menghampiri.

Penyebab stroke antara lain karena kebiasaan merokok, tekanan darah
tinggi, dan kegemukan. Satu pemicu utamanya adalah gaya hidup yang
tidak sehat, umumnya penderita tidak mengontrol makanan yang masuk
ke dalam tubuh. Lama-lama, makanan yang uenak tenan itu malah
menjadi biang penyakit. Sret, satu urat tersumbat, stroke pun
datang.

Sekarang balik lagi pada kisah Pak Dokter. Semua gaya hidup sudah
dijalani. Dia tidak memiliki korek api yang dipakainya untuk
merokok. Penyakit pun, no way. Dalam soal makanan pun, ia selalu
memilih makanan yang baik dan sehat. Olah raga pun ia lakukan dalam
seminggu, walau tidak terlalu rutin.

Lantas apa yang menyebabkan ia terkena stroke? Secara medis tak
ditemukan tanda-tanda penyulut penyakit itu. Akhirnya muncul cerita
ini. Sang teman menjelaskan sebab musababnya.

Menurutnya, ayahnya sering kali menyimpan berbagai masalah yang ada
di dalam hati. Ayahnya sering kali merasa jengkel dan dongkol dalam
beberapa masalah, termasuk masalah sepele. Atau ia sering kali
merasa sakit hati. Hal itu ia simpan sendiri di dalam hati. Tanpa
disadari, perlahan-lahan kebiasaan ini berbuah petaka. Rupanya,
inilah yang menyebabkan ayahnya mengalami penyempitan pembuluh darah
di otak.

Tidak ikhlas? Mungkin itu kata yang paling tepat. Sebuah keadaan
yang tidak sesuai dengan keinginan kita, memang seringkali
menyebalkan dan sangat mengganggu. Kekalahan atau kegagalan, dan
juga kehilangan, merupakan hal yang amat sulit untuk diterima.
Akibatnya, kita pun berada dalam keadaan yang tidak stabil antara
menerima dan menolak.

Nah, bila menerima, artinya kita ikhlas. Sebaliknya, bila tidak, dia
akan bersemayam di dalam hati. Tanpa terasa, dada pun terasa sesak.
Itulah yang kita rasakan saat pacar memutuskan hubungan tanpa sebab,
dus, malah tahu-tahu menikah dengan orang lain, atau mendapati
pasangan berselingkuh, meski semua yang terbaik sudah kita berikan.

Memang, untuk mengikhlaskan semua kekalahan, kegagalan atau
kehilangan, bukanlah pekerjaan mudah. Bila dunia ini sepenuhnya
dapat ikhlas dalam segala persoalan, pasti tidak pernah akan ada
perang yang memakan ribuan atau jutaan korban jiwa. Bila semua orang
ikhlas, tentu tidak pernah ada yang namanya ilmu santet.

Riset pun menjelaskan bahwa satu kunci menuju hidup bahagia ialah
menjaga hati agar selalu terbebas dari rasa kebencian. Dan,
bersihkan pikiran dari segala kekawatiran. Jadi, belajarlah untuk
menerima segala sesuatunya dengan hati yang lapang.

Masih sulit? Pergilah ke hutan, berteriaklah di sana. Keluarkan
segala kecewa di hati. Takkan ada yang terganggu. Kalau kejauhan,
masuklah ke kamar mandi. Lalu tutup pintu. Tapi awas, jangan sampai
tetangga tahu-tahu terbangun kaget dikira ada maling beneran atau
kucing garong. Atau pergilah berenang, di dalam air, luapkan tangis.
Di kubangan air, takkan pernah ada yang menduga bahwa Anda tengah
menangis.

Profesor Jeffrey Lohr, dari William Fulbright College of Arts and
Sciences, menjelaskan bahwa berteriak memberikan sensasi pengendoran
otot yang tegang karena kondisi stres. Sedangkan Dr. William Frey,
dari University of Minnesota, menemukan bahwa menangis terbukti
dapat membuat seseorang merasa lebih baik. Karena air mata yang
keluar berfungsi melepaskan ketegangan saraf pada tubuh. Asal tentu
saja bukan air mata buaya. Itu kalau Anda kesulitan mengeluarkan
segala kekecewaan di dalam hati.

Kembali lagi soal ikhlas. Lalu bagaimanakah agar kita bisa
sepenuhnya ikhlas? Tanyalah dalam hati. Ikhlas sejatinya kondisi
perasaan di dalam hati. Karena itu belajar ikhlas juga berarti
belajar melihat dengan hati, mendengar dengan hati, dan tentunya,
mengikuti kata hati.

Menurut Erbe Sentanu, penulis buku 'Quantum Ikhlas', dalam kondisi
ikhlas, otak memproduksi hormon serotonin dan endorfin yang
menyebabkan seseorang merasa nyaman, tenang, dan bahagia. Dalam zona
ikhlas, bertebaranlah berbagai energi positif: rasa syukur, sabar,
juga termasuk fokus. Kita pun tiba-tiba merasa penuh tenaga. Energi
ikhlas ini lalu menyebar ke setiap bagian tubuh.

Erbe Sentanu sendiri mempunyai kisah mengenai keikhlasan. Setelah
enam tahun menikah, Erbe divonis dokter mengalami aspermatozoa.
Suatu kondisi seseorang tidak akan dapat memiliki keturunan. Awalnya
Erbe terkejut, tetapi ia ikhlas. Dalam penyerahan diri kepada Tuhan,
Erbe membayangkan suatu hari nanti ia akan dikaruniai buah hati.
Hingga suatu hari ia melakukan uji kualitas sperma. ''Tidak mungkin.
Dari nol persen spermatozoa menjadi tiga puluh persen dalam tiga
minggu? Tidak mungkin!'' seru sang dokter terkaget-kaget ketika
membaca hasil laboratorium. Kini Erbe memiliki putra bernama
Shankara Premaswara.

Pada akhirnya, ikhlas merupakan kata kunci untuk hidup sehat. Untuk
menuju kestabilan hati, manusia memang perlu katup pelepas.
Berteriak dan menangis merupakan satu jalan keluarnya. Setelah
letih, hati dan kepala biasanya akan berkompromi. Mudah-mudahan,
keikhlasan untuk melepas kekalahan dan kehilangan, yang akan kita
peroleh. Agar hati menjadi netral dan bersih, seperti sebuah
speedometer, pada akhirnya, ia kembali ke titik nol. Semoga. (110808)

Sumber: Menuju Titik Nol oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal di
Jakarta. Ia dapat dihubungi di syok@centrin.net.id
 
 
 
 

[posted for blogger.com]

Read more ...

Wednesday, August 06, 2008

Sesuatu Tidak Selalu Nampak Sebagaimana Kelihatanya

Anda mendapat kiriman artikel dari teman anda, W Cahyono
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pesan dari W Cahyono : Saya teruskan artikel menarik dari website andriewongso.com

Berikut artikel yang dikirim :
Sesuatu Tidak Selalu Nampak Sebagaimana Kelihatanya
Seorang guru bijaksana pernah bercerita tentang dua malaikat yang sedang menyamar menjadi manusia biasa. Malaikat ini menyamar sebagai lelaki muda dan satunya lagi sebagai lelaki yang lebih tua. Kemudian keduanya berkunjung ke sebuah keluarga kaya raya yang tinggal di suatu kota. Mereka mengutarakan niatnya untuk ingin singgah menginap satu malam di rumah ini, karena sedang kemalanan dalam perjalanan. Tuan rumah yang kaya raya ini, menyambut kedua tamunya dengan tidak begitu ramah dan penuh dengan perasaan curiga. Kemudian keduanya ditempatkan menginap di sebuah kamar yang sempit yang letaknya di sudut belakang rumah. Ketika berada di dalam kamar, malaikat yang menyamar menjadi lelaki tua melihat dinding kamar yang retak dan berlubang, kemudian ia segera memperbaikinya. Dalam sekejap dinding kamar yang Nampak retak dan berlubang itu menjadi rapi dan tidak ada retakan lagi.

Malaikat yang menyamar sebagai lelaki muda bertanya kepada lelaki yang lebih tua, "mengapa engkau memperbaiki dinding yang retak ini ?". Orang yang lebih tua menjawab, "Sesuatu Tidak Selalu Nampak Sebagaimana Kelihatannya".

Esok harinya, setelah berpamitan dengan pemilik rumah, keduanya melanjutkan perjalanan ke sebuah desa. Mereka memutuskan berkunjung dan singgah ke sebuah keluarga petani miskin yang tinggal di desa tersebut. Mengetahui kedua orang tamunya sedang dalam perjalanan dan membutuhkan tempat untuk menginap, kedua suami istri petani miskin ini menyambutnya dengan ramah. Kemudian istri petani ini menyiapkan makanan dan berbagi sedikit makanan yang dimilikinya dengan kedua orang tamunya. Ketika tamunya hendak tidur,kedua petani miskin ini mempersilahkan kedua orang tamunya untuk tidur di atas ranjangnya dan ia sendiri memilih tidur di atas tikar di kamar yang lain.

Ketika bangun pagi, malaikat yang menyamar sebagai lelaki muda melihat kedua orang suami istri petani miskin ini sedang menangis sedih di depan kandang sapinya. Rupanya ia meratapi seekor sapi miliknya yang terbujur kaku mati tadi malam dikandangnya. Sapi ini adalah satu-satunya harta yang sangat berharga bagi petani tersebut.

Malaikat yang menyamar sebagai lelaki muda bertanya kepada malaikat yang menjadi lelaki tua, "mengapa engkau membiarkan sapi milik kedua petani miskin ini mati dan engkau tidak berusaha menolongnya ?. Ketika berada di keluarga kaya raya yang kurang ramah dan tidak senang berbagi, engkau membantunya dengan menutup dinding rumahnya yang retak dan berlobang. Tetapi
kini, dengan dua orang petani miskin yang sangat ramah, baik dan senang berbagi meskipun kekurangan, engkau malah tidak membantunya ?". Lelaki yang lebih tua menjawab, "Sesuatu Tidak Selalu Nampak Sebagaimana Kelihatannya".

Kemudian lelaki yang lebih tua ini menjelaskan kepada malaikait yang menyamar sebagai lelaki muda, "ketika kita berada di rumah keluarga kaya raya yang sombong dan kikir, aku melihat di dalam dinding yang retak ada tersimpan harta emas yang banyak. Maka aku menutupnya dengan rapi agar ia tidak dapat menemukannya. Sedangkan tadi malam ketika kita tidur di ranjang kedua petani miskin ini, malaikat maut datang dan hendak mencabut nyawa istri petani ini. Tetapi karena kebaikan dan keramahannya, aku memohon kepada Tuhan agar tidak dicabut nyawanya saat ini, kemudian sebagai gantinya ditukarlah dengan nyawa istri petani dengan seekor sapi miliknya."

Sahabat yang baik, ketika kita melihat sesuatu kejadian dalam kehidupan ini, sesungguhnya tidak selalu Nampak sebagaimana adanya. Dalam perjalanan hidup seringkali kita menerima keadaan yang datang kepada kita tidak sesuai dengan apa yang kita harapakan. Kalau hal demikian adanya, maka janganlah berprasangka  negatif lebih dulu atau berprasangka tidak baik lebih dahulu.

Lebih baik berusaha menerimanya dengan keikhlasan hati dan berusaha menemukan makna atau Hikmah dibalik setiap peristiwa tersebut. Mungkin saja ada hikmah yang lebih baik ada dibalik setiap peristiwa atau kejadian yang datang tersebut.

Ketika dalam kehidupan ini kita sudah merasa melakukan tindakan yang benar sesuai dengan suara hati nurani, melakukan usaha dengan cerdas dan keras, dan telah memaksimalkan potensi yang ada dalam diri kita untuk  meraih apa yang kita cita-citakan, maka sisanya serahkanlah kepada Tuhan. Percayakanlah segala hasil akhir atas segala usaha yang kita lakukan hanya kepada Tuhan. Tanamkanlah keyakinan dalam hati kita, bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik kepada kita.

Ketika keadaan yang datang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, maka yakinlah bahwa sesuatu tidak selalu nampak sebagaimana adanya. Kita perlu menyadari bahwa, kadangkala apa yang kita harapkan dan apa yang kita inginkan, belum tentu yang terbaik menurut Tuhan. Maka lebih baik menyerahkan segala sesuatunya hanya kepada Tuhan, karena kita tidak selalu
dapat melihat sesuatu dibalik setiap peristiwa yang datang.

Berusahalah selalu bersikap positif, ramah dan berlaku baik kepada sesama kehidupan. Kemudian lengkapilah dengan pandai bersyukur dan mengungkapkan rasa syukur kita dengan sungguh-sungguh melalui tindakan senang berbagi dan menolong kepada sesama. Sisanya serahkanlah kepada Tuhan YME. SEMOGA BERMANFAAT !

*** Eko Jalu Santoso adalah Founder Motivasi Indonesia dan Penulis Buku "The
Art of Life Revolution" dan buku "Heart Revolution", diterbitkan Elex Media
Komputindo. Weblog: www.ekojalusantoso.com
 
[posted for blogger.com]

Read more ...

Monday, August 04, 2008

MySpirit : Majulah Terus, Pantang Mundur !

Ketika Colombus menyeberangi lautan Atlantik yang sukar dan penuh dengan tantangan yang membahayakan, tidak tahu kemana arah ia berlayar. "Hari ini kami berlayar pada lintasan WSW", tulisnya pada buku hariannya. Pada saat itu, Columbus pasti dipenuhi dengan harapan dan keyakinan bahwa dia diarahkan secara benar agar tepat pada tujuan yang ingin dicapai.


Pada saat itu, tentu ia juga mempunyai keraguan dan keputusasaan, bahwa ia tidak akan sampai pada tujuan, ia bisa saja tidak hentinya terombang-ambing di tengah lautan yang menggelora, mungkin ia juga bisa kehilangan dunia ini selama-lamanya. Hal-hal lain bisa juga mungkin terjadi lebih buruk, misalnya kapalnya rusak dan tenggelam, para awak kapal yang mulai panik dan memberontak, Apakah Colombus juga kadang-kadang kehilangan harapan dan keyakinannya ? Tentu saja ia pernah mengalaminya.


Namun pada saat-saat putus asa, frustasi, gelisah, dan dalam tengah krisis itu Columbus membangkitkan keberaniannya, Ia tahu ia harus berada pada posisi yang tepat dan maju terus. Mengapa ia menjadi berani ? Karena ia memiliki integritas dari dalam diri dia (Komitmen). Apakah Anda memiliki integritas diri ketika Anda ada dalam keadaan-keadaan sulit ? Punyakah Anda rasa harga diri selama menghadapi tantangan hidup ? Apakah Anda membangkitkan kepercayaayn dan keberanian Anda disaat kehilangan harapan, kegagalan, waktu panik, saat-saat krisis, ketika Anda tenggelam dalam lautan frustasi ? Ketika Anda merasa sudah tidak berdaya lagi ? Ketika Anda ingin memberontak kepada diri sendiri ? Kebesaran diri terbentuk ketika Anda mencoba untuk menjadi besar.


Kapan itu ? Pada saat-saat krisis,. Pada saat ragu-ragu, susah, putus harapan, maukah Anda menuliskan kata-kata Columbus pada selembar kertas : "Hari ini kami berlayar terus", kemudian simak dan hayati dalam kehidupan Anda sehari-hari, ini merupakan tanggung jawab moral yang harus Anda buat juga.


Pesan :


Setiap orang sukses, pasti pernah mengalami kesulitan hidup, tantangan rintangan, dan krisis. Saat-saat kita mulai dari nol lagi, belum punya apa-apa, bahkan punya banyak keterbatasan. Saat-saat kita merasa frustasi, sepertinya ingin menyerah saja. Tetapi jauh di dalam hati, masih tersimpan sebuah harapan dan impian besar untuk diraih. Maka sering kali kita menangis di kesunyian malam. Guru saya pernah berkata: "Setiap orang sukses, pasti pernah menangis sendiri di tengah malam". Tetapi pada saat itu juga kita akan menemukan kepercayaan, keberanian, dan passion kita kembali. Jadi jika Anda tengah mengalami masa-masa sulit dan krisis, Selamat, karena Anda sudah dipilih untuk menjadi orang sukses berikutnya, jika Anda berhasil melewati semua krisis dan tantangan, maka Anda akan keluar sebagai Pemenang ! Yes.. u'r the Next Winner !


Majulah Terus, Pantang Mundur !



*Rudy Lim
adalah seorang Inspirator Muda, pengusaha, dan penulis buku, saat ini Ia sedang mempersiapkan sebuah buku Inspirasi khusus buat anak muda, dan Ia juga seorang Motivator & Trainer, Founder & Director of YOUNGS Spirit -
 
 
[posted for blogger.com]

Read more ...